Rabu, 15 Agustus 2012

ops pekat

INDRAMAYU, Medikomonline-– Menjelang datangnya bula suci Ramadan yang tinggal hitungan hari, Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Indramayu bersama tim gabungan yang terdiri dari Polri,TNI, dan POM pekan kemarin giat melakukan razia pekat di sekitar wilayah Waduk Bojongsari Kota Indramayu dan sepanjang Pantura Legok hingga Patrol. Sasaran razia itu terhadap minuman beralkohol dan warung remang-remang. Hasilnya dalam razia tersebut terjaring sedikitnya 16 wanita penjaja seks (WPS) dan puluhan botol mihol dari berbagai merk, jenis dan ukuran. Malam itu juga oleh petugas gabungan ke-16 WPS itu langsung digelandang ke kantor Satpol PP Indramayu untuk dilakukan pendataan. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Indramayu Dedy Suhendi SSos MSi ditemui Medikom di ruang kerjanya, (29/6) menjelaskan, operasi terhadap penyakit masyarakat ini dilakukan tidak sebatas menjelang datangnya bulan puasa. Akan tetapi razia akan terus dilakukan sepanjang waktu. “Kita tidak akan berhenti melakukan razia terhadap penyakit masyarakat sampai keberadaan warem tidak ada sama sekali atau tutup selama-lamanya,” ujar Dedi. Dikatakan, operasi pekat yang dilakukan pekan kemarin, sebagai bukti keseriusan Satpol PP dalam memberantas penyakit masyarakat, terlebih lagi menjelang datangnya bulan suci Ramadan. Oleh karenanya menurut mantan Kasi Trantib Kecamatan Lelea dan Balongan itu, operasi pekat akan terus dilakukan sampai benar-benar tidak ada lagi warem di sepanjang Pantura. “Operasi yang kita lakukan kemarin malam itu, kita jaring 16 WPS. Dua WPS dari wilayah Bojongsari Kota Indramayu dan 14 WPS lainnya dari jalur pantura Legok dan Patrol,” jelasnya seraya mengatakan ke 16 WPS malam itu juga langsung dibawa ke kantor untuk dilakukan pendataan dan pembinaan langsung oleh Wakil Bupati Drs H Supendi Msi. Menurut Dedi setelah dilakukan pendataan ternyata WPS yang dijaring itu ada yang dari Subang, Jakarta, serta daerah lainnya di Jawa Barat. Sedangkan dari daerah Indramayu sendiri yakni dari Tukdana, Kandanghaur, Losarang, Legok, Gabus Wetan, dan Lohbener. ”Setelah kita data, mereka kita pulangkan lagi dengan terlebih dahulu membuat surat pernyataan,” terangnya. Dedi menjelaskan, selain giat melakukan operasi pekat, sebelumnya juga sudah dua kali mengumpulkan para mucikari alias germo di kantor Kecamatan Patrol yang dihadiri Camat Patrol dan Wabup Supendi. Para germo itu langsung dibina oleh Wabup Supendi. Di hadapan Wabup para germo sepakat untuk menutup usaha maksiatnya, namun ada juga yang menolak dengan alasan tidak ada lagi pekerjaan lain. Data yang berhasil dihimpun Medikom dari Satpol PP Indramayu per Juni 2012, jumlah germo dan WPS di Indramayu saat ini terdapat 62 orang. Dengan rincian 20 orang mucikari alias germo dan 42 orang wanita penjaja seks (WPS). Angka tersebut tersebar di wilayah Kedongdong, Legok, dan sepanjang jalur pantura. Diakuinya memang ada sedikit penurunan jumlah WPS. Pada razia tahun lalu menjaring sedikitnya 33 WPS, sedangkan tahun ini hanya 16 WPS. ”Kemungkinan sebelum digelar razia sudah bocor dahulu sehingga yang terjaring hanya sedikit,” katanya. Dijelaskan sekalipun keberadaan warem saat ini masih ada, namun angkanya sedikit berkurang serta keberadaannya sembunyi-sembunyi. Kalau dulu seperti di Cangkingan Kecamatan Kedokan, Cilegeng Indah (CI) di Gantar, serta di jalur Pantura, keberadaan warem itu terbuka. Akan tetapi sekarang terkesan rapi dan sembunyi-sembunyi. ”Ke depan sesuai perintah pimpinan semua warem harus menutup usahanya, kalau tidak maka Satpol PP yang akan melakukan penutupan paksa,” tandas Dedi mengakiri perbincangannya dengan Medikom. (H Yonif)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar